
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Attaqwa) Bekasi menggelar Program Bimbingan Karir (PBK) yang diikuti calon wisudawan/i pada Senin (18/10). Kegiatan ini diselenggarakan di Aula Serbaguna Yayasan Attaqwa Bekasi.
Ketua STAI Attaqwa, Dr. Abid Marzuki, M.Ed mengemukakan bahwa tujuan dari PBK ini ini yaitu untuk memotivasi para mahasiswa yang sedang belajar dan yang mau lulus, agar mereka terus menjadi agen perubahan saat terjun langsung ke masyarakat.

“Tradisi menjadi agen perubahan ini sebenarnya sudah dimulai ketika KH Noer Alie pulang dari Makah 1940. Beliau langsung mendirikan pesantren hanya dengan 12 santri,” kata M Abid Marzuki Selasa 18 Oktober 2022.
Abid Marzuki menjelaskan, KH Noer Alie cukup lama mengajar di pesatren tradisional. Tetapi beliau menyadari pesantren yang diasuh harus terus menjadi lebih maju. Maka dikirimkanlah anak-anak beliau untuk melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta.
Setelah anak-anak beliau menyelesaikan pendidikan di Jawa, pesantren tradisional Attaqwa pun berubah menjadi pesantren yang lebih terorganisir dengan sistem pendidikan klasikal dalam bentuk madrasah.
Perubahan demi perubahan terus terjadi, hingga didirikanlah STAI untuk mengantisipasi perubahan dan zamannya. Sejauh ini perubahan juga terus terjadi, hingga tumbuh menjadi 66 lebih lembaga pendidikan yang barada di bawah naungan Yayasan Attaqwa.
Artinya jika ditarik garis ke belakang, Attaqwa sejak dulu memang tidak pernah status quo, Attaqwa selalu berubah, terbuka dan tidak anti pada perubahan. Karena menurut Abid Marzuki perubahan itu adalah kunci dari kesuksesan siapa pun yang menolak perubahan akan tergilas zaman.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Attaqwa KH Irfan Mas’ud Lc, MA saat memberikan materi PBK bertema “Perubahan Berkesinambungan“ mengatakan intinya ada tiga proyeksi mendasar kebutuhan masa depan yang harus dimiliki oleh seluruh mahasiswa dan para calon wisudawan.
Tiga proyeksi kebutuhan masa depan ini katanya sudah diakui dunia. Hal pertama yang mendesak dipenuhi adalah karakter (akhlaq, kejujuran).
Komponen kedua pendukung karakter adalah kompetensi, atau kemampuan seorang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai standardisasi.
Kompetensi ini kata Irfan Mas’ud harus pula menyangkut kemampuan berfikir kritis, berpikir kreatif, komunikatif juga kolaboratif atau bisa bekerjasama dengan pihak lain.

“Kita tidak ingin lulusan STAI Attawqa orang nya jujur, tetapi malas bekerja. Atau sebaliknya mereka pekerja keras, ulet, tidak pantang menyerah, tetapi culas. Yang kita inginkan adalah keseimbangan antara karakter dan kompetensi tadi,” tegas Irfan.
Sementara komponen mendasar ketiga untuk menyempurnakan yang dua tadi adalah literasi, yaitu penguasaan membaca, penguasaan bahasa, penguasaan teknologi, penguasaan budaya dan juga penguasaan soal keuangan.
Sekarang ini kemampuan mebaca di Indonesia termasuk mahasiswa STAI Attaqwa masih rendah meskipun minat membacanya relatif tinggi. Indikasinya, kalau baca watsApp bisa tahan berlama-lama, tetapi membaca materi kuliah agak panjang langsung skip.
Belum lagi membaca buku, baru melihat buku agak gede sedikit sudah mundur duluan. Buku banyak bahasa asingnya, ogah. Ini menunjukkan minat membaca tinggi tetapi kemampuan membacanya rendah.
Penulis: Maghfur
Foto: Zaenal
Sumber: https://jakartautara.pikiran-rakyat.com/jakut/pr-1765698192/120-calon-wisudawan-stai-attawa-ikuti-bimbingan-karier-irfan-masud-ini-3-komponen-kebutuhan-masa-depan?page=3